Banjaran Pucung RT 04/07 – Pusat Informasi Warga, UMKM, dan Kegiatan Sosial Depok

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Soroti Masalah Pendidikan di Depok: “Anak Tanpa KK Harus Tetap Bisa Sekolah”

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi beri teguran halus ke Wali Kota Depok saat acara “Abdi Nagri” di Cilodong. Teguran itu menyentil masalah pendidikan dan empati sosial.

KOTA DEPOKBERITA

Sekretariat 04

Kang Dedi Mulyadi Bersama Warga Depok
Kang Dedi Mulyadi Bersama Warga Depok

Kehadiran yang Menginspirasi di Depok

Pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, di Lapangan Irekap, Cilodong, Depok, Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi tampil dalam acara "Abdi Nagri Nganjang ka Warga". Di tengah sorak-sorai warga, beliau menyampaikan pesan hangat namun tegas mengenai pentingnya akses pendidikan untuk semua anak, tanpa terkecuali.

Gaya Lugas Kang Dedi, Tapi Penuh Makna

Dalam acara “Abdi Nagri Nganjang ka Warga” di Lapangan Irekap, Cilodong pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tampil bukan hanya sebagai pejabat, tapi juga sebagai orang tua masyarakat.
Dengan gaya khasnya yang ceplas-ceplos tapi menyejukkan, Kang Dedi memberi “teguran” halus namun menohok kepada Wali Kota Depok.

Apa isinya? Soal pendidikan dan keberpihakan pada warga kecil.

Pesan Utama: Pendidikan untuk Semua Anak

Kang Dedi, dengan gayanya yang lugas dan penuh empati, menegaskan bahwa anak-anak yang belum terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) tetap harus mendapatkan kesempatan untuk sekolah.

"Anak yang belum ada di KK jangan ditolak sekolah. Itu tanggung jawab negara, bukan sekadar birokrasi," ucap beliau dengan keyakinan tinggi.

Pesan tersebut mengandung kritik konstruktif terhadap sistem yang kadang kaku dalam penerapannya, sehingga menghambat hak dasar pendidikan anak-anak yang membutuhkan.

Mengapa Pesan Ini Penting?

1. Mengutamakan Kemanusiaan di Atas Administrasi

Pesan Kang Dedi mengingatkan bahwa di balik setiap aturan birokrasi ada wajah-wajah kecil yang harus tetap mendapat perlindungan dan dukungan.
Tidak seharusnya aturan menjadi penghalang akses pendidikan bagi anak-anak yang berpotensi besar di masa depan.

2. Mendorong Kepemimpinan Pro-Rakyat

Gaya penyampaian Kang Dedi menyerupai teguran orang tua yang peduli. Ia mengajak para pemimpin daerah—termasuk di Depok—untuk lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Pesan ini merupakan ajakan untuk kembali menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai prioritas utama dalam setiap kebijakan.

3. Aksi Nyata untuk Perubahan

Momen di atas panggung, di mana seorang anak bernama Eza diundang untuk berbagi cerita, menjadi bukti nyata bahwa kebijakan inklusif bukan hanya wacana.
Hal ini membangkitkan semangat agar setiap pemimpin daerah segera turun tangan dan mencari solusi agar tidak ada anak yang tertinggal.

Implikasi dan Harapan ke Depok dan Sekitarnya

Pesan inklusif ini berdampak besar, khususnya bagi warga Depok yang selama ini mengharapkan perubahan nyata dalam sistem pendidikan.
Beberapa langkah yang diharapkan antara lain:

  • Reformasi Sistem Administrasi:
    Peninjauan ulang aturan agar anak-anak tanpa KK tidak lagi terhambat dalam mendapatkan akses pendidikan.

  • Penguatan Dukungan Sosial dan Komunitas:
    Mendorong partisipasi semua lapisan masyarakat melalui diskusi dan forum RT, RW, serta inisiatif masyarakat agar solusi cepat terwujud.

  • Pendekatan Penuh Empati:
    Pemimpin daerah harus mampu melihat dari sisi kemanusiaan, bukan sekadar angka dokumen. Empati dan inovasi harus berjalan beriringan dalam setiap kebijakan.

Ajak Warga untuk Terus Peduli

Sebagai warga Banjaran Pucung dan masyarakat Depok yang peduli, mari kita bersama-sama menyuarakan dan mendukung pendidikan yang inklusif.
Ingat, perubahan dimulai dari langkah kecil—mulai dari memberikan dukungan kepada anak-anak yang membutuhkan, hingga menyuarakan aspirasi ke pemimpin daerah.

Kata Penutup:
"Pendidikan adalah hak setiap anak. Dengan kepemimpinan yang peka dan langkah nyata, mari kita wujudkan Depok yang inklusif dan berdaya, demi masa depan yang lebih cerah."

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

  • Jabatan bukan soal gaya, tapi soal kerja nyata

  • Aturan penting, tapi kemanusiaan lebih utama

  • Pemimpin harus hadir, bukan hanya di spanduk, tapi di tengah-tengah warga

  • Warga berhak bersuara dan dilindungi, apapun status dokumennya

Harapan untuk Depok

Dengan adanya momentum ini, warga Depok—terutama di kampung-kampung seperti Banjaran Pucung—berharap:

  • Akses pendidikan lebih inklusif

  • Layanan publik lebih manusiawi

  • Pemimpin lebih terbuka menerima masukan

  • Program-program daerah benar-benar menyentuh warga bawah

“Kang Dedi bukan cuma datang, tapi juga mengingatkan. Tegurannya bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk membangunkan—agar Depok benar-benar jadi kota yang ramah untuk semua.”

Baca Juga :