Banjaran Pucung RT 04/07 – Pusat Informasi Warga, UMKM, dan Kegiatan Sosial Depok

Mengenal NPD: Ketika Rasa Paling Hebat Jadi Masalah Serius

NPD atau gangguan kepribadian narsistik bukan sekadar sombong. Kenali penyebab, dampak, dan cara mengatasinya untuk hidup lebih sehat secara mental.

TIPSKESEHATAN

Sekretariat 04

Apa itu NPD
Apa itu NPD

Apa Itu NPD?

Pernah ketemu orang yang suka pamer, gak bisa dikritik, dan selalu merasa paling benar? Bisa jadi itu bukan cuma karakter, tapi tanda dari NPD (Narcissistic Personality Disorder) — gangguan kepribadian narsistik.

NPD bukan sekadar narsis-narsisan selfie depan kaca. Ini gangguan serius dalam kesehatan mental, di mana seseorang merasa dirinya sangat istimewa, haus pujian, tapi tidak punya empati terhadap orang lain.

NPD Itu Datangnya dari Mana?

NPD bukan penyakit menular, apalagi kiriman dukun. Ada beberapa penyebab umum yang bisa memicu terbentuknya NPD:

  1. Pengasuhan ekstrem sejak kecil
    Anak yang terlalu dimanjakan atau justru terlalu ditekan bisa tumbuh dengan konsep diri yang kacau: antara merasa rendah diri dan ingin dihormati secara berlebihan.

  2. Trauma atau luka batin
    Misalnya pernah dihina, diremehkan, atau dibanding-bandingkan terus-menerus, lalu membentuk tameng rasa “paling hebat” sebagai pelindung diri.

  3. Faktor genetik atau bawaan neurologis
    Beberapa studi menyebutkan NPD juga bisa berhubungan dengan fungsi otak yang berbeda dalam hal pengaturan emosi dan empati.

  4. Budaya dan lingkungan sosial
    Lingkungan yang terlalu kompetitif, materialistis, atau mendewakan pencapaian bisa membentuk pribadi narsistik.

Tanda-Tanda NPD yang Perlu Diwaspadai

Ciri-ciri NPD kadang samar, tapi umumnya seperti ini:

  • Merasa lebih penting dari siapa pun

  • Suka membesar-besarkan pencapaian

  • Butuh pujian dan pengakuan terus-menerus

  • Tidak peduli perasaan orang lain

  • Mudah marah atau tersinggung kalau dikritik

  • Sering memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya

Bayangkan kalau ini dimiliki oleh pemimpin lingkungan, atasan, atau bahkan pasangan—bisa runyam urusannya!

Medsos dan NPD: Ketika Suka Pamer Jadi Rutinitas

Di era digital, media sosial bisa jadi cermin atau justru panggung sandiwara. Bagi orang dengan kecenderungan NPD, medsos sering dijadikan ajang:

  • Pamer pencapaian atau gaya hidup berlebihan

  • Mengukur nilai diri dari jumlah like, view, dan komentar

  • Menciptakan citra palsu sebagai orang paling keren, sukses, atau sempurna

  • Suka menyindir atau membandingkan, tapi tidak mau disindir balik

Mereka bisa upload story hampir tiap jam, dari makanan, outfit, lokasi, sampai quote yang (seolah) bijak—tapi sebenarnya untuk dapat validasi dan kekaguman dari orang lain.

Kenapa Medsos Bisa Memperparah NPD?

Karena algoritma media sosial memperkuat perilaku mencari perhatian. Semakin sering kita dipuji, dilihat, dan divalidasi, semakin kuat pula keinginan untuk terus tampil dan dianggap hebat. Ini bisa jadi lingkaran setan bagi penderita NPD.

Dan lebih bahaya lagi: Mereka mungkin tidak sadar bahwa yang dibangun adalah persona, bukan kepribadian yang asli.

Dampak NPD dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kalau dibiarkan, NPD bisa menyebabkan:

  • Hubungan yang rusak: karena orang NPD sulit menjaga relasi yang sehat.

  • Kehidupan sosial yang kesepian: orang-orang perlahan menjauh.

  • Kesulitan di tempat kerja: karena konflik atau tak bisa kerja sama tim.

  • Stres dan depresi tersembunyi: karena tekanan untuk selalu tampil sempurna.

Ironisnya, orang dengan NPD sering merasa orang lain yang salah, bukan dirinya.

Bisakah NPD Disembuhkan?

Kabar baiknya: bisa dikelola, meski tidak instan.

1. Psikoterapi / Konseling

Terapi perilaku kognitif (CBT) bisa membantu penderita NPD menyadari cara pikir dan emosinya yang keliru, lalu menggantinya dengan pola yang lebih sehat.

2. Obat-obatan

Jika disertai depresi atau kecemasan, dokter bisa meresepkan obat penunjang.

3. Lingkungan suportif

Dukungannya bukan dalam bentuk pujian berlebihan, tapi dorongan untuk berubah dan berkembang.

4. Kesadaran diri

Ini yang paling sulit: mereka harus sadar bahwa mereka butuh bantuan. Tanpa ini, proses pemulihan nyaris mustahil.

Jangan Cepat Menilai, Tapi Juga Jangan Membiarkan

Di kampung atau kota, kita bisa saja bersinggungan dengan orang-orang yang punya ciri NPD. Penting untuk membedakan antara orang yang sekadar percaya diri, dengan yang mengalami gangguan narsistik.

Jika kamu, teman, atau anggota keluarga menunjukkan gejala seperti ini, jangan dijauhi, tapi bantu dengan pendekatan yang tepat. Kadang mereka bukan jahat, tapi sedang berjuang dengan luka yang tak terlihat.

Hidup sehat bukan cuma soal fisik, tapi juga soal mental. Mari saling jaga dan peka terhadap tanda-tanda gangguan kepribadian di sekitar kita.

“Wong Depok, Wong Waras”: Jadikan Peduli Mental sebagai Gaya Hidup

Warga Depok, termasuk di Kampung Banjaran Pucung, dikenal dengan semangat gotong royong. Tapi jangan lupa, bantuan bukan hanya soal fisik dan materi. Mendengarkan dan memahami orang yang sedang berjuang di dalam dirinya juga bagian dari ibadah sosial.

Mari kita jadikan kampung ini tempat yang:

  • Ramah untuk tumbuh

  • Aman untuk berbicara

  • Dan nyaman untuk menjadi diri sendiri tanpa harus pura-pura sempurna

Karena sejatinya, yang paling hebat bukan yang paling banyak dipuji, tapi yang paling kuat menghadapi dirinya sendiri.

Baca juga :